Minggu, 10 Juli 2011

Kisah Perjuangan Hidup Elang



Elang merupakan burung yang mempunyai kemampuan terbang dan daya jelajah yang luar biasa, ia sanggup menjelajah sampai 50 km lebih serta merupakan hewan yang terletak pada tingkat atas pada rantai makanan kehidupan. Secara umur, elang merupakan jenis unggas yang mempunyai umur paling panjang di dunia, umurnya dapat mencapai 70 tahun. Ada hal yang dapat kita pelajari dalam satu proses hidup dari elang, yaitu pada saat umurnya mencapai 40 tahun, elang harus membuat suatu keputusan yang sangat berat dalam hidupnya.

Ketika berumur 40 tahun, cakarnya mulai menua, paruhnya menjadi semakin panjang dan membengkok hingga hampir menyentuh dada. Sayapnya menjadi sangat berat karena bulunya telah bertambah lebat dan tebal, sehingga menyulitkannya saat terbang. Pada masa itu, elang hanya mempunyai dua pilihan, yaitu menunggu kematian atau mengalami proses transformasi yang menyakitkan dan panjang selama 150 hari.

Ketika ia memilih untuk melakukan transformasi, elang harus berusaha keras untuk terbang sampai ke puncak gunung dan kemudian membuat sarang di tepi jurang, berhenti dan tinggal disana selama proses transformasi berlangsung. Kemudian, elang harus mematukkan paruhnya pada batu karang sampai paruh tersebut terlepas dari mulutnya, lalu berdiam beberapa lama menunggu tumbuhnya paruh baru. Setelah paruh baru itu tumbuh, ia menggunakannya untuk mencabut cakar-cakarnya satu persatu dan ketika cakar barunya sudah tumbuh, ia akan mencabut bulu badannya satu demi satu. Sungguh suatu proses yang panjang dan menyakitkan akibat dari pilihan yang ia ambil, tapi lima bulan kemudian elang tersebut akan kembali terbang dengan bulu, paruh dan cakar yang baru, elang tersebut mulai menjalani 30 tahun sisa hidupnya dengan energi baru.

Dalam kehidupan kita sebagai manusia, seringkali kita dihadapkan dalam suatu pilihan, banyak keadaan yang mengharuskan kita untuk memilih satu dari sekian banyak pilihan, dimana keputusan yang nanti akan kita ambil berkonsekuensi akan adanya perubahan dalam hidup yang sedang dijalani sekarang. Ibarat kisah elang tadi, sang elang harus menjalani masa dimana ia merasa sakit dan menderita dalam waktu sekian lama, itulah konsekuensi dari pilihan, tapi apa jadinya andaikata elang tersebut tidak memilih untuk bertransformasi, ia tidak akan bisa menjalani sisa hidupnya dengan energi yang baru, dan hanya bisa menunggu kematian menjemputnya tanpa bisa terbang jauh layaknya elang.

Ketika dihadapkan pada suatu keadaan dimana kita diharuskan untuk memilih, ada zona kenyamanan yang membatasi pilihan-pilihan hidup kita, terkadang sulit untuk coba pergi dari kenyamanan yang sekarang sedang kita alami, walau mungkin ada kenyamanan lain yang bisa digapai. Kenyamanan lain ini adalah beberapa hal yang kita inginkan tetapi belum tercapai, dan untuk mencapainya kita harus mengubah sesuatu dalam hidup yang sedang kita jalani.

keadaan yang kita inginkan mungkin lebih nyaman dari keadaan kita saat ini, namun antara keadaan sekarang dan keadaan tersebut ada zona yang tidak nyaman, ibarat elang yang ingin tetap bisa terbang dengan prima sampai habis masa hidupnya. Elang yang secara genetis memiliki sayap dan tubuh yang memungkinkannya untuk bisa terbang tinggi, tetap harus memilih untuk bisa terbang hanya sampai umur 40 tahun atau terus terbang dengan syarat bertransformasi dan merasakan rasa sakit yang panjang, ada 150 hari zona tidak nyaman yang dialami oleh sang elang. Artinya, Jika kita ingin mencapai keadaan yang kita inginkan, marilah kita coba untuk berani keluar dari zona nyaman yang sedang kita jalani, dan yakin bahwa di depan sana keadaan akan lebih baik.

Ada Hal yang Tidak Bisa Papa Ceritakan

Untuk memperingati Hari Bapak yang (mungkin) ada , banyak hal yang mungkin disembunyikan oleh ayah/bapa/papa/papi kita semua, tapi setidaknya setelah membaca notes ini semoga kita bisa mengerti apa yang tersembunyi di balik hatinya. Saya mendapatkan notes ini dari seorang teman, dan mungkin ada baiknya jika saya kembali membagikannya kepada teman-teman ku yang lain, untuk teman-teman wanita ku yang sudah menjadi wanita dewasa yang kuat dan tidak manja, juga untuk teman-teman laki-laki ku yang akan atau telah menjadi ayah yang Hebat!!, berikut ceritanya :

Biasanya, bagi seorang anak perempuan yang sudah dewasa, yang sedang bekerja diperantauan, yang ikut suaminya merantau di luar kota atau luar negeri, yang sedang bersekolah atau kuliah jauh dari kedua orang tuanya.....

Akan sering merasa kangen sekali dengan Mamanya.
Lalu bagaimana dengan Papa?

Mungkin karena Mama lebih sering menelepon untuk menanyakan keadaanmu setiap hari, tapi tahukah kamu, jika ternyata Papa-lah yang mengingatkan Mama untuk menelponmu?
Mungkin dulu sewaktu kamu kecil, Mama-lah yang lebih sering mengajakmu bercerita atau berdongeng, tapi tahukah kamu, bahwa sepulang Papa bekerja dan dengan wajah lelah Papa selalu menanyakan pada Mama tentang kabarmu dan apa yang kau lakukan seharian?

Pada saat dirimu masih seorang anak perempuan kecil......
Papa biasanya mengajari putri kecilnya naik sepeda.
Dan setelah Papa mengganggapmu bisa, Papa akan melepaskan roda bantu di sepedamu...
Kemudian Mama bilang : "Jangan dulu Papa, jangan dilepas dulu roda bantunya" ,
Mama takut putri manisnya terjatuh lalu terluka....

Tapi sadarkah kamu?
Bahwa Papa dengan yakin akan membiarkanmu, menatapmu, dan menjagamu mengayuh sepeda dengan seksama karena dia tahu putri kecilnya PASTI BISA.

Pada saat kamu menangis merengek meminta boneka atau mainan yang baru, Mama menatapmu iba.
Tetapi Papa akan mengatakan dengan tegas : "Boleh, kita beli nanti, tapi tidak sekarang"
Tahukah kamu, Papa melakukan itu karena Papa tidak ingin kamu menjadi anak yang manja dengan semua tuntutan yang selalu dapat dipenuhi?

Saat kamu sakit pilek, Papa yang terlalu khawatir sampai kadang sedikit membentak dengan berkata : "Sudah di bilang! kamu jangan minum air dingin!".
Berbeda dengan Mama yang memperhatikan dan menasihatimu dengan lembut.
Ketahuilah, saat itu Papa benar-benar mengkhawatirkan keadaanmu.

Ketika kamu sudah beranjak remaja....
Kamu mulai menuntut pada Papa untuk dapat izin keluar malam, dan Papa bersikap tegas dan mengatakan: "Tidak boleh!".
Tahukah kamu, bahwa Papa melakukan itu untuk menjagamu?
Karena bagi Papa, kamu adalah sesuatu yang sangat - sangat luar biasa berharga..
Setelah itu kamu marah pada Papa, dan masuk ke kamar sambil membanting pintu...
Dan yang datang mengetok pintu dan membujukmu agar tidak marah adalah Mama....
Tahukah kamu, bahwa saat itu Papa memejamkan matanya dan menahan gejolak dalam batinnya,
Bahwa Papa sangat ingin mengikuti keinginanmu, Tapi lagi-lagi dia HARUS menjagamu?

Ketika saat seorang cowok mulai sering menelponmu, atau bahkan datang ke rumah untuk menemuimu, Papa akan memasang wajah paling cool sedunia.... :')
Papa sesekali menguping atau mengintip saat kamu sedang ngobrol berdua di ruang tamu..
Sadarkah kamu, kalau hati Papa merasa cemburu?

Saat kamu mulai lebih dipercaya, dan Papa melonggarkan sedikit peraturan untuk keluar rumah untukmu, kamu akan memaksa untuk melanggar jam malamnya.
Maka yang dilakukan Papa adalah duduk di ruang tamu, dan menunggumu pulang dengan hati yang sangat khawatir....
Dan setelah perasaan khawatir itu berlarut - larut...
Ketika melihat putri kecilnya pulang larut malam hati Papa akan mengeras dan Papa memarahimu.. .

Sadarkah kamu, bahwa ini karena hal yang di sangat ditakuti Papa akan segera datang?
"Bahwa putri kecilnya akan segera pergi meninggalkan Papa"

Setelah lulus SMA, Papa akan sedikit memaksamu untuk menjadi seorang Dokter atau Insinyur.
Ketahuilah, bahwa seluruh paksaan yang dilakukan Papa itu semata - mata hanya karena memikirkan masa depanmu nanti...
Tapi toh Papa tetap tersenyum dan mendukungmu saat pilihanmu tidak sesuai dengan keinginan Papa

Ketika kamu menjadi gadis dewasa....
Dan kamu harus pergi kuliah dikota lain...
Papa harus melepasmu di bandara.
Tahukah kamu bahwa badan Papa terasa kaku untuk memelukmu?
Papa hanya tersenyum sambil memberi nasehat ini - itu, dan menyuruhmu untuk berhati-hati. .
Padahal Papa ingin sekali menangis seperti Mama dan memelukmu erat-erat.
Yang Papa lakukan hanya menghapus sedikit air mata di sudut matanya, dan menepuk pundakmu berkata "Jaga dirimu baik-baik ya sayang".
Papa melakukan itu semua agar kamu KUAT...kuat untuk pergi dan menjadi dewasa..

Disaat kamu butuh uang untuk membiayai uang semester dan kehidupanmu, orang pertama yang mengerutkan kening adalah Papa.
Papa pasti berusaha keras mencari jalan agar anaknya bisa merasa sama dengan teman-temannya yang lain.
Ketika permintaanmu bukan lagi sekedar meminta boneka baru, dan Papa tahu ia tidak bisa memberikan yang kamu inginkan...

Kata-kata yang keluar dari mulut Papa adalah : "Tidak.... Tidak bisa!"
Padahal dalam batin Papa, Ia sangat ingin mengatakan "Iya sayang, nanti Papa belikan untukmu".
Tahukah kamu bahwa pada saat itu Papa merasa gagal membuat anaknya tersenyum?

Saatnya kamu diwisuda sebagai seorang sarjana.
Papa adalah orang pertama yang berdiri dan memberi tepuk tangan untukmu.
Papa akan tersenyum dengan bangga dan puas melihat "putri kecilnya yang tidak manja berhasil tumbuh dewasa, dan telah menjadi seseorang"

Sampai saat seorang teman Lelakimu datang ke rumah dan meminta izin pada Papa untuk mengambilmu darinya.
Papa akan sangat berhati-hati memberikan izin..
Karena Papa tahu.....
Bahwa lelaki itulah yang akan menggantikan posisinya nanti.

Dan akhirnya....

Saat Papa melihatmu duduk di Panggung Pelaminan bersama seseorang Lelaki yang di anggapnya pantas menggantikannya, Papa pun tersenyum bahagia....
Apakah kamu mengetahui, di hari yang bahagia itu Papa pergi kebelakang panggung sebentar, dan menangis?
Papa menangis karena papa sangat berbahagia, kemudian Papa berdoa....
Dalam lirih doanya kepada Tuhan, Papa berkata: "Ya Tuhan tugasku telah selesai dengan baik....
Putri kecilku yang lucu dan kucintai telah menjadi wanita yang cantik....
Bahagiakanlah ia bersama suaminya..."

Setelah itu Papa hanya bisa menunggu kedatanganmu bersama cucu-cucunya yang sesekali datang untuk menjenguk... .
Dengan rambut yang telah dan semakin memutih....
Dan badan serta lengan yang tak lagi kuat untuk menjagamu dari bahaya....
Papa telah menyelesaikan tugasnya.... .

Papa, Ayah, Bapak, atau Abah kita...
Adalah sosok yang harus selalu terlihat kuat...
Bahkan ketika dia tidak kuat untuk tidak menangis...
Dia harus terlihat tegas bahkan saat dia ingin memanjakanmu. .
Dan dia adalah yang orang pertama yang selalu yakin bahwa "KAMU BISA" dalam segala hal..

Sabtu, 09 Juli 2011

Sepenggal Cerita Tentang Seorang Loyalis

Bagi masyarakat Indonesia yang pernah merasakan hidup pada masa orde baru sampai awal lahirnya masa orde reformasi, mungkin tidak asing dengan nama Benny Moerdani. Nama ini sering dikaitkan dengan rentetan peristiwa “ pelanggaran HAM ” yang pernah terjadi di masa orde baru, sebuah masa dimana bagi sebagian rakyat Indonesia merupakan masa suram dan gelap bagi kebebasan berpendapat. Hampir semua lini pemerintahan saat itu dipegang oleh militer, ABRI menjadi kekuatan yang besar dan juga dipasang sebagai jawaban bagi hampir semua permasalahan yang terjadi di Negara ini. Segala pergerakan dan opini yang tidak sejalan dengan keinginan pemerintah langsung di bungkam menggunakan cara-cara militer dengan alasan mengancam stabilitas Negara, seringkali tindakan penanggulangan tersebut dilakukan dengan kekerasan yang bagi masyarakat sipil tentu tidak bisa diterima sehingga muncul opini di masyarakat bahwa semua ini adalah rekayasa untuk kepentingan pribadi penguasa. 

Peristiwa Tanjung Priok dan petrus (penembakan misterius) adalah contoh peristiwa yang dimaksud, semua rentetan peristiwa ini tidak bisa untuk tidak dikaitkan oleh masyarakat terhadap sosok Benny Moerdani, seorang Jendral yang dianggap dalang dari semua rekayasa ini. Majalah Umat edisi 5 April 1999 menuliskan, ”BennyMoerdani tidak pernah mati. Dan begitulah agaknya sampai beberapa dasawarsa nanti. Setelah pensiun dari segala macam jabatan pemerintahan sejak enam tahun silam, dalam beberapa bulan terakhir namanya justru semakin bertambah santer di pergunjingkan…”. Terlepas ada atau tidak, pergunjingan terhadap semua peran Benny, selalu disebutkan dalam nada seram, karena Benny dianggap berada dibalik seluruh rangkaian segala macam kerusuhan.

Benny Moerdani adalah seorang perwira tinggi Angkatan Darat yang telah banyak mengikuti berbagai operasi militer, pengalaman dan kemampuannya tidak diragukan lagi. Lahir pada tanggal 2 Oktober 1932 di cepu, Benny kecil seringkali terlibat dalam pertempuran mempertahankan kemerdekaan. Berawal dari dikepungnya markas kenpetai Solo, Benny yang kala itu berumur 13 tahun ikut dalam kerumunan sambil membawa senjata Arisaka, senapan milik tentara Jepang yang ia pungut di tengah jalan. Sesuatu yang tidak aneh, karena di masa itu banyak senjata berserakan. Benny, sebagai remaja, tanpa maunya telah ikut dalam pertempuran. Mungkin awalnya hanya sifat keingintahuan seorang anak remaja, tapi selanjutnya benny semakin mantap untuk ikut mempertahankan Negara dari para penjajah. Dari tahun 1945 sampai 1949 Benny menghabiskan banyak waktunya dalam pertempuran melawan penjajah yang mencoba untuk merebut kembali Indonesia, Benny bergabung dengan tentara pelajar kala itu.
 
Tahun 1949, Belanda dan sekutunya pergi dari Indonesia, perang kemerdekaan telah berakhir tetapi muncul dilema pada diri para tentara pelajar. Mereka yang selama beberapa bulan terakhir meninggalkan sekolah dan secara sukarela ikut berjuang, harus kembali masuk ke sekolah. Pengalaman bertempur yang menurut mereka mengasyikan sudah berakhir, Sri Budjojo, salah seorang tentara pelajar melukiskan, “ mereka mengalami kesulitan ketika dihadapkan pada realitas memilih, kembali ke sekolah atau terus menjadi tentara. Dalam masa transisi, banyak diantara mereka malah meneruskan pola hidup petualangan.”. Tampaknya memang sulit menertibkan remaja yang baru saja merasakan ikut memenangkan perang, banyak ekses yang muncul. Hal ini terlihat dari banyaknya laporan mengenai tindak negatif berupa penyerobotan, memaksa minta ijasah dan aksi kejahatan bersenjata. Sesudah menyadari banyaknya ekses yang timbul, pemerintah mengimbau kepada para eks tentara pelajar untuk tetap menjadi tentara, dan diwajibkan mengikuti test pendidikan calon perwira. Dengan bekal surat keterangan pernah duduk di kelas 2 SMA, Benny berangkat ke Bandung untuk mengikuti pendidikan perwira di Pusat Pendidikan Perwira Angkatan Darat (P3AD).
P3AD merupakan awal karir militer Benny, tanggal 28 Mei 1952 Benny dilantik menjadi perwira militer cadangan dengan pangkat pembantu letnan cadangan, dan dua tahun kemudian Benny dilantik menjadi Letnan II Infanteri. Ketika awal terbentuknya KKAD (sekarang Kopassus), pimpinan Angkatan Darat mempersiapkan kader pelatih inti untuk membantu Idjon Djanbi. Benny yang ketika itu sedang berada di Bandung langsung mendaftarkan diri, Benny pun diterima dan mengikuti pendidikan komando yang seluruh latihannya sengaja diberikan dalam porsi maksimum karena Idjon Djanbi berusaha mengubah para siswa, dari semangat prajurit infanteri menjadi pasukan komando. Setelah lulus menjadi Komando, Benny banyak mendapatkan penugasan di medan tempur, sebagai prajurit komando benny seringkali bertempur di garis depan. Pertempuran untuk menumpas PRRI, Permesta, DI/TII, sampai konfrontasi untuk menggagalkan rencana pembentukan Malaysia di ikutinya. Nama Benny moerdani melambung ketika dirinya yang kala itu berpangkat kapten, memimpin Operasi Naga untuk merebut Irian Barat dari tangan Belanda. Karena keberhasilannya dalam operasi ini, Benny mendapatkan penghargaan Bintang Sakti, sebuah penghargaan yang tidak semua anggota militer memilikinya.

Baret merah, sebutan untuk pasukan khusus Angkatan Darat merupakan tempat Benny banyak merintis karirnya, Benny ikut membesarkan baret merah dari sejak satu kompi sampai menjadi satu resimen, segala kerja keras telah ia sumbangkan untuk RPKAD, Benny sangat bangga menjadi bagian dari prajurit komando, tapi perintah dari Jendral Ahmad Yani untuk mengeluarkan Benny dari RPKAD membuatnya terpaksa harus pergi dari kesatuan yang telah juga ikut membesarkannya. Ahmad Yani yang saat itu menjabat Panglima Angkatan Darat marah kepada Benny setelah mendapat laporan bahwa Benny coba untuk menentang keputusan Komandan, dan Benny akhirnya dipindahkan ke KOSTRAD. Benny mengaku, ikatannya dengan baret merah saat itu mungkin emosional, yang pasti akan berlalu bersama perjalanan waktu. Tetapi, alasan pencopotannya dari RPKAD hanya karena fitnah, itu tetap membuatnya sakit hati.

Hal ini masih membekas sampai 15 tahun selanjutnya, sebagai Panglima ABRI Benny mengikuti upacara pelantikan Yang Dipertuan Agung Malaysia sebagai warga kehormatan Kopassus. Brigjen Sintong Panjaitan sebagai Komandan Kopassus menyerahkan baret merah untuk dikenakan Benny saat upacara. Sintong menjelaskan kejadian saat itu, ” Pak Benny langsung mencampakan. Dengan suara keras dia menolak memakai baret merah. Terus terang saya tersinggung. Saya tegaskan, baret merah kebanggaan korps, bukan kebanggan pribadi. Kami berdebat lama, kemudian saya tandaskan, bukan sekedar baretnya kita hormati, tapi kebanggan korps harus kita hargai. Kemudian dia mengambil kembali baret tersebut, dipakainya sambil berkata, saya tak ingin kalian kecewa.” Itulah pertama kalinya, Benny mengenakan kembali baret merah.
 
Sebagai perwira militer yang diperbantukan di KOSTRAD, ketrampilan khusus Benny akhirnya jadi kurang menonjol, sosoknya tertutupi oleh perwira lain yang telah lama ditempatkan di sana. Dia tidak bisa lagi menunjukan kemampuan merancang dan memimpin operasi militer yang seakan-akan menjadi ciri khas dirinya. Dading Kalbuadi melukiskannya dalam kalimat, “Benny hanya luntang – lantung di KOSTRAD..”. Benny terlepas dari keadaan seperti ini setelah tanpa sengaja bertemu Ali Moertopo, Ali yang telah lama mengenal Benny dan melihat potensi yang terdapat pada diri Benny membantunya untuk mendapatkan tugas baru sebagai intelijen. Selama 2 tahun Benny membangun jaringan intelijen di luar negeri, dan karena jaringan yang telah dia bangun Benny di tempatkan sebagai diplomat di Kuala Lumpur. Sampai ketika tahun 1974, ketika terjadi kerusuhan malari di Jakarta Benny diminta untuk kembali ke Indonesia. Presiden Soeharto memberikannya jabatan intelijen di Indonesia, dia bertugas untuk menata jaringan intelijen di dalam negeri. Benny merangkap jabatan Asisten Intelijen Hankam, Asisten Intelijen Kopkamtib dan juga Wakil Kepala Bakin. Sebagai Asintel Kopkamtib, dia nyaris hadir dalam semua bidang kehidupan kemasyarakatan. 
Selain itu, Benny juga menduduki jabatan Kapus Intelstrat Hankam, posisi tersebut sangat strategis. Kapus Intelstrat dalam masa krisis secara operasional membawahi baret merah yang saat itu bernama Kopasandha dan telah bertambah kekuatannya dari satu resimen menjadi 5.000 orang, serta berkembang menjadi 4 grup terdiri dari 2 grup para-komando dan 2 grup intel sandhi yudha. Sewaktu Benny masih dalam kesatuan komando, posisi paling tinggi yang dia jabat adalah Komandan Batalyon. Justru setelah dirinya bukan lagi di pasukan baret merah, Benny malah punya kewenangan untuk menggerakan empat grup pasukan khusus.

Sesudah berhasil menata beragam organisasi intelijen, kedudukannya makin bertambah kokoh. Benny lambat laun tampil sebagai muara dari segala macam laporan, analisa, kajian, dan informasi yang bersumber dari semua jaringan intelijen di Indonesia. Benny kemudian memperoleh kepercayaan memegang dua jabatan sangat strategis, sebagai seorang Panglima ABRI dan juga Panglima Kopkamtib. Masyarakat selalu menyebutnya sebagai orang nomor dua terkuat di Indonesia. Dalam perjalanan karirnya, peristiwa tanjung priok merupakan kejadian yang selalu menghantuinya sampai saat dia meninggal. Kejadian yang memiliki indikasi SARA ini menuduh Benny sebagai dalang dari penembakan terhadap umat muslim di Tanjung Priok, Benny yang merupakan umat Katolik dianggap melakukan operasi ini untuk menghancurkan umat islam. Apakah benar??entahlah, yang pasti sampai hari ini Benny tidak terbukti bersalah.

Gus Dur menggambarkan Benny sebagai “Patriot 24 karat”, semua yang dia lakukan adalah berdasarkan kesetiaannya pada Negara, Goenawan Mohamad memandang Benny sebagai samurai sejati dengan sumpah kesetiaan yang bila perlu meniadakan diri sendiri. Dalam benak Benny, mungkin hanya sedikit sekali tersedia ruang abu-abu, karena yang ada pada dirinya hanya hitam atau putih. Dengan sikap semacam itu, maka sosoknya lantas tampil beda dengan yang ada di sekitarnya. Dalam pandangan lain, justru hanya Benny yang kemudian masih bersikap sigap, berikut keberanian mempertanggungjawabkan semua keputusannya. Sebab pada kenyataannya, langkah yang selalu dia ambil sama sekali bukan untuk kepentingan pribadi, melainkan demi bangsa dan tanah airnya, Indonesia.
 
Menjelang Sidang Umum MPR 1988, Presiden Soeharto mencopot Benny. Hal tersebut menjadi persoalan yang selalu diperbincangkan, karena semua orang tahu Soeharto tidak pernah mengganti pembantunya betapapun jelek penampilannya, sebelum masa tugasnya selesai. Masyarakat menganggap terdapat perselisihan pribadi antar keduanya. Setelah 10 tahun Soeharto mencopot Benny, Soeharto turun dari jabatan Presiden yang telah ia duduki selama 32 tahun, ia turun atas desakan massa yang turun ke jalan menuntut reformasi di pemerintahan. Di awal orde reformasi, Benny pernah berbicara kepada salah seorang sahabatnya Harry Tjan Silalahi “ Krisis moneter berlangsung berkepanjangan, Timor-timur lepas, suasana keamanan di tanah air semakin memprihatinkan sekaligus semrawut…ini semua salib pribadi yang harus saya pikul. Semua yang kita bangun sudah mulai rontok, rasa aman di negeri ini memang begitu mahal.”. Akhir Agustus 2004, setelah berjuang melawan penyakit stroke Benny moerdani yang memiliki nama lengkap Leonardus Benjamin Moerdani, menghembuskan nafasnya yang terakhir. 

Jendral Hoegeng simbol Keteladanan dan Kejujuran POLRI




















“Di Negeri ini hanya ada tiga Polisi yang tidak bisa di suap yaitu patung polisi, polisi tidur, dan Hoegeng.”

Kata-kata di atas adalah anekdot yang diucapkan oleh Gus Dur mantan Presiden Indonesia, anekdot yang mewakili persepsi dari sebagian besar masyarakat terhadap citra kepolisian. Di tengah citra negatif yang seringkali ditujukan kepada polisi, nama (Alm) Hoegeng menjadi legenda di masyarakat. Mantan Kepala Polri di era tahun 1968 – 1971 ini dikenang sebagai sosok polisi yang “keterlaluan” jujurnya, sederhana dan berdedikasi tinggi. Bukan hanya untuk kalangan Kepolisian saja, tetapi masyarakat umum pun dapat belajar dari kisah perjalanan hidup Jenderal Hoegeng.

Hoegeng lahir tanggal 14 Oktober 1921 di Pekalongan dengan nama Imam Santoso, ketika kecil ia sering dipanggil bugel (gemuk), lama kelamaan menjadi bugeng dan akhirnya menjadi hugeng. Ketika dewasa, bahkan sampai tua ia tetap kurus. Sejak kecil Hoegeng bercita-cita menjadi polisi karena melihat sosok kawan karib ayahnya yaitu Pa Ating yang merupakan Kepala Polisi di Pekalongan yang menurutnya gagah, suka menolong orang dan banyak teman. Tahun 1952 Hoegeng lulus dari PTIK dan ditempatkan di Jawa Timur, lalu tugas keduanya adalah menjadi kepala Reskrim di Sumut. Di Sumut kejujurannya mulai di uji, daerah ini saat itu terkenal dengan penyelundupan dan perjudian, ketika Hoegeng tiba ia “disambut” oleh para cukong perjudian dengan mobil dan rumah pribadi, Hoegeng menolak dan memilih tinggal di hotel sampai ia mendapatkan rumah dinas. Tidak sampai di situ usaha dari para cukong untuk menyuap Hoegeng, ketika rumah dinas telah di berikan ternyata rumah tersebut telah terisi perabotan pemberian para tukang suap tersebut. Maka gemparlah kota Medan, karena dengan “teganya” Hoegeng mengeluarkan perabotan tersebut dan membiarkannya begitu saja di pinggir jalan.

Setelah menyelesaikan tugasnya di Sumut, Hoegeng ditarik ke Jakarta untuk menjadi Kepala Jawatan Imigrasi. Ada kisah menarik ketika Presiden Soekarno mengkaryakannya menjadi Kepala Jawatan Imigrasi (Direktur Jenderal Imigrasi). Sehari sebelum pelantikan, ia meminta isterinya, Merry (Marie Roselina), untuk menutup toko kembang isterinya itu di Jalan Cikini. Alasannya, karena ia akan dilantik menjadi Kepala Jawatan Imigrasi.
“Apa hubungan dengan toko kembang?” tanya isterinya.
“Nanti semua orang yang berurusan dengan imigrasi akan memesan kembang pada toko kembang Ibu Merry dan ini tidak adil untuk toko-toko kembang lainnya,” jelas Hoegeng. Isterinya pun memahami dan menutup toko kembangnya. Saat dikaryakan dari kepolisian ke Imigrasi itu, ia pun menolak diberi mobil dinas baru karena mobil jip dinas kepolisian yang dipakainya yang juga milik negara dirasa sudah cukup baginya.

Selepas menjadi Kepala Jawatan Imigrasi, Hoegeng diangkat menjadi Menteri Iuran Negara. Ketika menjabat Menteri Iuran Negara. Ia diminta pindah dari rumah pribadi di Jalan Prof Moh Yamin ke rumah dinas yang lebih besar. Permintaan pindah rumah itu ditolak dengan alasan rumah yang ditempatinya sudah cukup representatif sehingga negara tidak perlu lagi mengeluarkan biaya untuknya. Menurutnya, sebagai Menteri Iuran Negara dia bertugas mencari uang untuk negara, bukan sebaliknya, menghabiskan uang negara untuk rumah dan fasilitas yang bukan-bukan. Tahun 1966 ia kembali ke Kepolisian sebagai Deputi Operasi dan tahun 1968 menjadi Panglima Angkatan Kepolisian. Saat itu Hoegeng memprakarsai pemakaian helm bagi pengendara kendaraan bermotor yang ketika itu menjadi polemik. Kini terasa bahwa intruksi itu memang bermanfaat. Suatu cerita yang sering dikisahkan orang adalah soal kebiasaan Hoegeng—saat menjabat Kapolri–ikut-ikutan mengatur lalu lintas ketika laju kendaraan di jalanan agak tersendat. Tak terbayang betapa salah tingkahnya para anak buahnya ketika Pak Hoegeng beraksi. Salah satu anaknya, Reni mengaku sempat kerap terlambat ke sekolah karena ”kebiasaan buruk” ayahnya yang tiba-tiba turun di tengah jalan untuk mengatur lalu lintas.

Polisi Kelahiran Pekalongan tahun 1921 ini, sangat gigih dalam menjalankan tugas. Ia bahkan kadang menyamar dalam beberapa penyelidikan. Kasus-kasus besar yang pernah ia tangani antara lain, kasus pemerkosaan Sum tukang jamu gendong atau dikenal dengan kasus Sum Kuning, yang melibatkan anak pejabat. Ia juga pernah membongkar kasus penyelundupan mobil yang dilakukan Robby Tjahjadi, yang notabene dekat dengan keluarga Cendana. Kasus inilah yang kemudian santer diduga sebagai penyebab pencopotan Hoegeng oleh Soeharto. Bermula dari rencananya untuk menangkap seorang penyelundup besar, yang buktinya di Mabes Polri sudah cukup untuk ditahan. Namun karena si penyelundup itu disebut-sebut dekat dengan Cendana, maka ia ingin lebih dahulu melaporkan penangkapan tersebut kepada Presiden Soeharto. Lalu, ketika sampai di Cendana, ia kaget karena si penyeludup itu tengah berbincang- bincang dengan Soeharto. Sejak saat itu, ia sangat sulit mempercayai Presiden Soeharto.

Hoegeng dipensiunkan oleh Presiden Soeharto pada usia 49 tahun, di saat ia sedang melakukan pembersihan di jajaran kepolisian. Kabar pencopotan itu diterima Hoegeng secara mendadak. Kemudian Hoegeng ditawarkan Soeharto untuk menjadi duta besar di sebuah Negara di Eropa, namun ia menolak. Alasannya karena ia seorang polisi dan bukan politisi. Dia merasa, hal itulah yang mempercepat pemberhentiannya sebagai Kapolri. Walaupun alasan yang dikemukakan oleh Soeharto adalah untuk regenerasi. Alasan yang dibuat-buat. Sebab ketika dia menanyakan siapa penggantinya, Soeharto menyebut Mohammad Hassan, yang ternyata berusia lebih tua darinya. “Begitu dipensiunkan, Bapak kemudian mengabarkan pada ibunya. Dan ibunya hanya berpesan, selesaikan tugas dengan kejujuran. Karena kita masih bisa makan nasi dengan garam,” ujar Merry Roelani istri Soegeng. “Dan kata-kata itulah yang menguatkan saya,” tambahnya.

Barangkali sikap Hoegeng dilatarbelakangi oleh pendiriannya yang ditanamkan sang ayah dari sejak kecil, “yang penting dalam kehidupan manusia adalah kehormatan, jangan merusak nama baik dengan perbuatan yang mencemarkan.”. Ayahnya adalah seorang birokrat yang sampai akhir hayatnya tidak sempat punya tanah dan rumah pribadi. Agaknya baik untuk merenungkan pendapat Hoegeng, “Pemerintahan yang bersih harus dimulai dari atas. Seperti halnya orang mandi, guyuran air untuk membersihkan diri selalu dimulai dari kepala.”

Tanggal 14 Juli 2004 dinihari, Jenderal Hoegeng menghembuskan nafasnya yang terakhir, banyak tokoh menyatakan bahwa orang jujur di negeri ini semakin habis. Saya pribadi meyakini, bahwa masih ada tokoh-tokoh seperti Hoegeng di negeri ini, baik itu Polisi maupun lainnya. Seperti kata-kata Esa Hilang Dua Terbilang, semoga muncul Hoegeng-Hoegeng baru yang bisa lebih baik, muncul lebih banyak lagi orang-orang jujur yang menjaga kehormatan mereka dan tidak mencemarinya dengan perbuatan yang buruk walaupun memiliki jabatan yang tinggi dan mempunyai kuasa.

Mengingat Tan Malaka

Lindungi bendera itu dengan bangkaimu, nyawamu, dan tulangmu. Itulah tempat yang selayaknya bagimu, seorang putra tanah Indonesia tempat darahmu bertumpah”
(Tan Malaka)

Jakarta, awal Juni 1945, seorang pria paruh baya datang menemui Sukarni, ia memperkenalkan diri sebagai Ilyas Husein. Pria tersebut datang untuk menghadiri kongres pemuda di Jakarta, sebagai utusan dari Banten. Husein memaparkan analisisnya tentang kemerdekaan dan situasi politik saat itu, Sukarni terpukau dengan ulasan yang di sampaikan Husein, dan semakin memantapkan pendiriannya bahwa : proklamasi kemerdekaan Indonesia harus dilaksanakan secepatnya. Pada saat rapat, analisis Husein mempengaruhi fikiran Sukarni, menurut Adam Malik, “Sukarni mendesak proklamasi untuk tidak ditunda”. Setelah itu, Sukarni –tanpa sepengetahuan Husein- menculik Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok dan mendesak agar proklamasi dilaksanakan secepatnya.

Kisah tersebut di ceritakan oleh Sukarni dalam sambutannya pada acara Sewindu Hilangnya Tan Malaka di Bandung, Februari 1957. Husein tak lain adalah Tan Malaka, tokoh revolusioner “bawah tanah” Indonesia yang pemikiran dan gagasannya telah banyak di kenal oleh tokoh-tokoh revolusioner lainnya, buku Tan berjudul Massa Actie merupakan bacaan yang menjadi inspirasi bagi tokoh-tokoh pergerakan Indonesia. Sayuti Melik mengenang bagaimana bung Karno dan Ir. Anwari membawa dan mengutip hal-hal penting dari Massa Actie, bahkan tuduhan yang memberatkan saat bung Karno di adili di landrat Bandung tahun 1931 juga lantaran menyimpan buku tersebut. Dalam pledoinya yang berjudul Indonesia Menggugat, bung Karno banyak mengutip tulisan dalam buku tersebut.

Separuh dari hidup Tan Malaka dilewatkannya di luar negeri, enam tahun belajar di negeri Belanda dan 20 tahun mengembara dalam pelarian politiknya, Tan yang memiliki 23 nama samaran, dari tahun 1922-1942 menyelundup dan berpindah-pindah ke banyak Negara dimulai dari Amsterdam dan Rotterdam, diteruskan ke Berlin, berlanjut ke Moskow, Kanton, Hongkong, Manila, Shanghai, Amoy, dan beberapa desa di pedalaman Tiongkok, sebelum kemudian dia menyelundup ke Rangoon, Singapura, Penang dan kembali ke Indonesia. Tan menjelajahi dua benua dengan total jarak 89 ribu Kilometer –dua kali jarak yang ditempuh Che Guevara di Amerika Latin- dengan dibayang-bayangi oleh polisi rahasia Belanda, Jepang, Inggris atau Amerika yang beberapa kali menangkap dan memenjarakannya.

Sepanjang hidupnya, Tan telah melalui berbagai royan : dari masa akhir perang dunia I, revolusi bolsyewik, hingga perang dunia II. Tan merupakan tokoh pertama yang menggagas secara tertulis konsep Republik Indonesia, pada tahun 1925 ia menulis Naar de Republiek Indonesia (Menuju Republik Indonesia), lebih dahulu dari Mohammad Hatta yang menulis Indonesia Vrije (Indonesia Merdeka) tahun 1928, atau bung Karno yang menulis Menuju Indonesia merdeka tahun 1933. Naar de Republiek Indonesia ditulisnya di Kanton, saat pejuang lain baru berfikir tentang persatuan, atau paling jauh tentang Indonesia merdeka, Tan sudah maju beberapa langkah memikirkan Republik Indonesia.

Tan kembali masuk ke Indonesia dan mampir di Padang lalu melanjutkan perjalanan ke lampung, selanjutnya ke Jakarta. Setelah itu, Tan menyamar sebagai kerani di Bayah, Banten, dengan nama samaran Ilyas Husein. Pada saat pertemuan Tan Malaka dengan Sukarni itu, sebenarnya Sukarni sudah curiga bahwa tamunya ini bukanlah orang biasa, menurut Sukarni pemikiran Husein sama persis dengan tulisan-tulisan Tan Malaka yang selama ini dipelajarinya, tapi ia tak berani bertanya, menurut Anwar Bey, “ia takut kalau Husein mata-mata jepang”.

Adam Malik menyebut peristiwa tersebut sebagai “kepedihan riwayat”, menurutnya Sukarni telah bertahun-tahun membaca buku politik Tan, tapi pada saat ia membutuhkan fikiran dari orang sekaliber Tan, Sukarni enggan bertanya siapa Husein sesungguhnya.
Ketika proklamasi kemerdekaan Indonesia dibacakan, Tan tidak mengetahuinya, ia mengetahui bahwa proklamasi telah dibacakan setelah mendengar orang ramai membicarakannya di jalan-jalan. Tan tidak dapat menyembunyikan kekecewaannya, “Rupanya sejarah proklamasi 17 Agustus tidak mengizinkan saya campur tangan, hanya mengizinkan campur jiwa saja. Ini sangat saya sesalkan! Tetapi sejarah tidak mempedulikan penjelasan seorang manusia atau segolongan manusia”.

Tiga pekan setelah proklamasi, Sayuti Melik diminta Sukarno mencari Tan Malaka, Sukarno mendengar tokoh pergerakan itu ada di Jakarta. Pertemuan dilakukan malam Lebaran, 9 september 1945 di rumah Suharto dokter pribadi Sukarno. Kepada Suharto, Sukarno merahasiakan siapa tamunya yang akan datang itu dan saat tiba Tan Malaka memperkenalkan diri sebagai Abdulradjak kepada Suharto. Suharto mengajak Abdulradjak ke kamar belakang, semua lampu rumah dimatikan dan terjadilah percakapan antara kedua tokoh tersebut dengan disaksikan oleh Sayuti Melik, sedangkan Suharto disuruh menunggu di luar.
Sukarno bertanya mengenai buku Massa Actie, kemudian keduanya terlibat dalam pembicaraan mengenai nasib Revolusi Indonesia. Dalam pertemuan sekitar dua jam itu, Tan lebih banyak mendominasi pembicaraan, sementara Sukarno lebih banyak diam. Menurut Sayuti kata-kata Tan tentang revolusi belakangan sering dikutip oleh Sukarno.

Lalu beberapa hari kemudian Tan dan Sukarno kembali bertemu, dan di ujung pertemuan ini Sukarno mengatakan akan menunjuk Tan sebagai penerus obor kemerdekaan. Dalam otobiografinya, Dari Penjara ke Penjara, Tan menganggap usul itu hanya sebatas kehormatan dan tanda kepercayaan, “saya sudah cukup senang bertemu Presiden Republik Indonesia, republik yang sudah sekian lama saya idamkan”.
Sukarno pernah menulis testamen politik yang berisi wasiat penyerahan kekuasaan kepada empat nama –salah satunya Tan malaka- apabila bung Karno dan bung Hatta mati atau ditangkap, “jika saya tiada berdaya lagi, maka saya akan menyerahkan pimpinan revolusi kepada seseorang yang telah mahir dalam gerakan revolusioner, Tan Malaka” kata bung Karno. Awalnya bung Karno hanya mengusulkan nama Tan Malaka saja, tapi usulan itu ditentang oleh bung Hatta karena Tan Malaka hanya mewakili golongan “kiri” saja.
Sejarah mencatat bahwa Tan Malaka adalah seorang bolsyewik, dia membaca buku Karl Marx dan berguru kepada dedengkot komunis di Rusia, menurut bung Hatta pula bahwa keberadaan Tan Malaka bisa menyulut kontroversi karena Partai Komunis Indonesia tidak menyukainya.

Tan yang pernah memimpin Partai Komunis sebelum dibuang ke Belanda oleh pemerintah kolonial, memang bersilang pendapat dengan anggota partai itu terutama soal sikapnya yang menginginkan persatuan antara komunis dan pan-islam yang juga diutarakannya pada kongres Komunis Internasional di Moskow. Ketika Musso tahun 1948 pulang ke Indonesia, dia berkata bahwa hal pertama yang akan dilakukannya adalah menggantung Tan Malaka.
Pada Kongres partai Murba –partai yang didirikan Tan-, para peserta tak sepakat dengan langkah diplomasi Sukarno-Hatta dan perdana menteri Sjahrir. Menurut Tan, kemerdekaan 100 persen adalah tuntutan mutlak. Sesudah musuh meninggalkan Indonesia, barulah diplomasi mungkin. Tan berpendapat : orang tidak akan berunding dengan maling di rumahnya sendiri. Jendral Sudirman dengan tidak kalah garang mengatakan, “lebih baik di bom atom daripada merdeka kurang dari 100 persen”. Baik Tan Malaka maupun Sudirman berpendapat bahwa kemerdekaan Indonesia harus seratus persen, dan perundingan membuat kemerdekaan menjadi kurang dari seratus persen.
Jalan oposisi Tan berbuah penjara, Tan Akhirnya dijebloskan ke penjara Wirogunan, Yogyakarta. Sudirman tidak tinggal diam, ia memerintahkan Mayjen Sudarsono untuk menyerbu penjara Wirogunan dan membebaskan semua tawanan.

Ketika Agresi Militer Belanda II tahun 1948, Tan dan Sudirman kembali ke jalan gerilya. Tan bergerilya berdasarkan buku Gerpolek (Gerilya Politik Ekonomi) yang ia tulis sendiri, menurut Jendral A.H Nasution pemikiran Tan dalam buku ini menyuburkan perang rakyat semesta yang sukses menghadapi dua kali agresi militer Belanda, Nasution juga mengatakan terlepas dari pandangan politiknya, Tan harus dicatat sebagai tokoh militer Indonesia. Pada Agresi Militer Belanda II tersebut, Tan banyak membuat pamflet yang dia beri nama “Dari Markas Murba Terpendam” yang isinya menyerukan rakyat untuk terus bergerilya seperti Sudirman.
Tapi, pergerakan Tan ini dianggap membahayakan perjuangan Republik Indonesia, menurut Poeze Tan Malaka ditembak mati oleh anggota TNI di Kediri suatu hari di tahun 1949. Tan Malaka yang berjuang selama berpuluh-puluh tahun untuk mewujudkan gagasannya tentang Republik Indonesia akhirnya harus mati di ujung senapan tentara republik yang ia cita-citakan.

Di tengah gonjang-ganjing usulan pemberian gelar Pahlawan Nasional yang terjadi belakangan ini, ada baiknya kita mengingat kembali Tan Malaka –juga Pahlawan Nasional lainnya-. Tan Malaka merupakan Pahlawan Nasional menurut Keputusan Presiden Nomor 53 tahun 1963, tapi namanya coba “dihapuskan” dari sejarah, selama Orde Baru namanya tidak pernah dicantumkan dalam pelajaran sejarah di sekolah, banyak yang tidak mengenal Tan Malaka.

Memang Tan Malaka adalah seorang Marxis -termasuk golongan “kiri”-, musuh besar Orde Baru, tapi dia pertama-tama tidak berjuang untuk kemenangan partai komunis di seluruh dunia, dia berjuang untuk kemerdekaan Tanah Airnya. Tan Malaka adalah seorang marxis tulen dalam pemikiran, tapi nasionalis tuntas dalam semua tindakannya.
Apa artinya gelar Pahlawan Nasional jika sang tokoh dilupakan -atau coba dilupakan-?, terlepas dari pandangan politiknya yang mungkin banyak ditentang oleh masyarakat Indonesia saat ini, mari kita kembali mengingat Tan Malaka, mengingat semangat dalam gagasan kenegaraan seorang Tan Malaka. Seorang tokoh perjuangan yang mengabdikan hidupnya untuk kemerdekaan Republik Indonesia, lalu “dihujat dan dilupakan” oleh bangsanya sendiri.

Kegagalan

Ada yang mengatakan : ”Kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda”, bertahun-tahun lamanya kata-kata tersebut menjadi inspirasi –setidaknya untuk saya-. Dengan mengikuti dan menyepakati kata-kata itu, kegagalan –atau ketidak berhasilan- menjadi halus pemaknaannya, kegagalan tidak lagi menjadi gambaran murung, kegagalan mendapatkan tempat yang dekat dengan keberhasilan, hanya saja dia tertunda.
Tertunda kita tahu maksudnya, bukan sekarang tapi nanti, di masa yang akan datang. Dan dalam konteks ini dapat diartikan kegagalan adalah pertanda bahwa di masa yang akan datang kita akan menjumpai keberhasilan.

Kata-kata itu seolah-olah menjanjikan bahwa di depan sana keberhasilan menunggu, siapa yang gagal berarti sudah dekat dengan keberhasilan, karena kegagalan adalah juga keberhasilan dan yang membedakannya hanyalah bahwa kegagalan sekarang datangnya dan keberhasilan datangnya nanti di lain waktu, sekali lagi ia hanya “tertunda”.

Di titik pemahaman inilah muncul keputusasaan, kita yang seringkali merasa menemui kegagalan, merasa “tertipu” oleh kata-kata itu, kenapa keberhasilan itu selalu tertunda datangnya? Kapan keberhasilan yang nyata akan datang pada hidup saya? Dan sederet pertanyaan lain yang menanyakan –bahkan meragukan- perihal kedatangan apa yang kita sebut “keberhasilan” itu.
Menyatakan dan menyetujui bahwa kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda adalah sebuah gambaran bahwa sebenarnya kita sedang mengharap –bukan berharap-, dalam mengharap “sombong” dan “pongah” menempati porsi yang amat besar. Mengharap hampir sama dengan mengkhayal, tapi dalam mengharap kita “memaksakan” apa yang kita khayalkan, dan seringkali menampik kesadaran akan keterbatasan, kita memandang diri sendiri sebagai “jagoan”, yang nyaris tanpa cacat, dan lupa bahwa dalam memandang setiap jagoan seperti apapun kita butuh ironi, untuk lebih bijak dan lebih arif.

Ironi itu terlihat dalam kesadaran akan ketidaksempurnaan yang terdapat pada diri kita, bahwa dalam ketidaksempurnaan, kegagalan bisa datang kapan saja, dan kesadaran itu mengingatkan arti kegagalan terlebih dahulu sebelum kita mengharap bahwa kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda. Kita akan terlebih dahulu menyatakan bahwa “kegagalan adalah keberhasilan yang tidak berhasil”, dengan kata lain sadar dan menerima bahwa kegagalan adalah ketidak berhasilan.

Dalam agama Islam ada yang disebut tawakal, didalamnya terkandung pengertian pasrah dan tekad. Porsi pasrah dan tekad haruslah seimbang, walaupun keduanya bertentangan. Dengan pasrah dan menerima kesadaran bahwa kegagalan adalah ketidakberhasilan, maka kita bisa bertekad untuk mengulang dan berkemas kembali menuju keberhasilan tanpa disertai oleh kesombongan yang sebenarnya tidak pantas kita miliki.

Sering kita bertanya dan menyalahkan perihal “penyesalan” yang selalu datang terlambat, tapi ia bahkan tidak akan datang jika kita berangkat dengan kesadaran, kesadaran akan ketidaksempurnaan, tekad yang disertai dengan “ke-pasrah-an”.
 

Minggu, 26 Juni 2011

Nice Moment larut dalam ke GJ.nan anak SMA kelas 11

PASKIBRAKA 2010

"kami pemuda Indonesia penerus bangsa, harapan bangsa, dan pemertahan kemerdekaan. MERDEKA HARGA MATI "
Latihan Paskibraka Kabupaten Ngawi 2010


Demi tugas kami relakan rambut kami!! itu pun tak seberapa dibandingkan perjuangan para pahlawan.

Tak jarang para pelatih memarahi kami untuk membentuk mental merah putih kami.Kami rela panas-panasan, tamabah item. semua kami lakukan dengan tulus ikhlas atas nama bangsa Indonesia






dan hasilnya Pengibaran merah putih SUKSES..!!!!!!



Galau

aku berdiri disini
melihatmu dengannya, aku ikhlas
tapi aku galau
aku merenung disini
aku memikirkanmu sedang bersamanya, aku rela
tapi aku galau
kau pantas untuknya, aku senang
tetap saja aku galau
aku galau karena dua per tiga hatiku masih kau miliki
tapi kau tak sadar, tak tau dan tak mau tau semuanya
kamu pergi, jauh, jauh, hingga aku tak bisa menjamah hatimu kembali
kau senang bersamanya
kau relakan aku galau diatas kebahagiaanmu
aku tipu hatiku, aku tipu semua perasaanku
hanya untuk menampik rasa sayangku padamu
sulit memang, hingga kini aku galau

Asli Gila

hahahaha, saat-saat indah bersama Phobia class, pas jam kosong malah bikin Video GJ
sabet, ajeng dan pastinya aku.

From my heart just for you

               Perkenalan indah hingga akhirnya aku mencintaimu beratku ungkapkan, numun sudah terlanjurku ungkapkan. Kamu taukan aku hanya seorang gadis remaja yang masih labil dalam menjalani dinamika hati yang rumit, melebihi kerumitan Trigonometri dalam pelajaran yang paling aku benci. Ya aku jatuh cinta sama kamu, banyak khayalanku untuk hidup bersamamu Khayalan konyol dan terkonyol yang pernah aku khayal. Aku bingung dari semua ini, kok bisa ya aku suka kamu? kok bisa gitu loh? kamu nggak ganteng, kamu juga nggak kaya, kamu juga nggak pinter, BUT I LOVE YOU SO MUCH..!! Hati nggak bisa dibohongin, aku tetep sabar nunggu kamu putus sama pacaramu, aku juga nggak tau sih itu cewek pacar kamu ato bukan yang pasti dia lage deket sama kamu. Yang aku prioritaskan saat ini adalah aku akan mengapai semua CITA-CITAKU saat semua cita-citaku ku gapai akan ku buat kau bertekuk lutut terhadapku. Ironis memang tapi inilah aku semua yang aku inginkan aku ku perjuangkan untukku dapat. Tak masalah jika pada akhirnya kau memilih dia, pasti ku juga rela, karena setidaknya kau telah mencoretkan rasa JATUH CINTA pada hatiku yang membuatku merasakan indahnya hidup. From my heart just for you.
      WS 7 Desember 2010 Love You So Much. You smile, I smile, meski hatiku tersakiti aku ikhlas ^_^

Surat Kecil Untuk Tuhan: Arti Sahabat di mata Para Pemain filmskut

Surat Kecil Untuk Tuhan: Arti Sahabat di mata Para Pemain filmskut: " Menurut Dinda Hauw : selalu membantu saat kita meminta 'bantuin gue dan masih bisa tersenyum meski kita bilang ' males gue sama lo!!' Saha..."

Selalu Ada Rencana Indah Untukmu

Sang Kuasa selalu punya rencana indah untuk kita umatNya
Sesekali langsung membahagiakan hati…
Terkadang sejenak bertentangan dengan harap
Kau hanya perlu mensyukuri dan merenungi
Usah kau terus mempertanyakan, buang semua logika
Berdoalah senantiasa… dan syukuri baik buruk yang kau rasa
Saat kau berniat baik dan meminta yang terbaik, itulah yang kan Dia beri
Terkadang seketika… seringkali harus lalui hari yang menguji hati
Selalu ada rencana indah untukmu
Walau seringkali kau melupakanNya
Selalu ada rencana indah bagimu
Jika kau terus meminta padaNya

Perasaanku

Kuungkap perasaanku
Semua isi hatiku
Aku telah jatuh cinta
Sungguh jatuh cinta
Mengapa sekejap Saja
Setelah menunggu lama
Terlalu cepat tuk berlalu
Dan meninggalkanku
Tuhan dengarkanlah pintaku
Sampaikan padanya
Walau takkan mungkin bersatu
Dihatiku selalu mencintainya
Andaiku mampu kembali
Mengulang sekali lagi
Namun telah Kau tentukan
Harus kuterima

Rename

senyum adalah tangisku, tangis adalah lukaku
indah dunia tak terasa oleh derita
luka hati selalu ada mengikutiku
Tuhan ku ingin seperti mereka
tak ada air mata yang terjatuh lagi
semua ku serahkan kepadamu
jalan yang terbaik pasti untukku
ingin ku raih cahaya, ingin semua berbeda
mungkin ini yang terbaik dalam hidupku
tapi semua bukanlah yang aku mau ooh
Tuhan ku ingin seperti mereka
tak ada air mata yang terjatuh lagi
semua ku serahkan kepadamu
jalan yang terbaik pasti untukku
Tuhan ku ingin seperti mereka
tak ada air mata ooo ooo
semua ku serahkan kepadamu
jalan yang terbaik pasti untuk aku
Tuhan ku ingin seperti mereka
tak ada lagi luka, tak ada derita
tapi aku hanya manusia yang hanya meminta
Kau menentukannya, Kau menentukannya, Kau menentukannya

Sedari Dulu by TOMPI

Hatiku berharap
Mungkin engkau kan berubah
Bisa mencintai aku
Seperti hatiku padamu

Hujan badai kan kutempuh
Bintang dilangit kan kuraih
Bila harus ku kan merayu
Untuk cintamu bagiku

Cintamu tlah menjadi candu
Cintamu tlah membuatku membisu
Cintamu ohh seindah lagu
Membuatku tak bisa berpaling darimu

Kau adalah belahan jiwa
Kutahu itu sayang sedari dulu
Kau cinta yang hembuskan aku
Surga dunia disepanjang nafasku

Kau adalah belahan jiwa
Aku cinta kamu sedari dulu
Dan aku takkan berpaling darimu
Sayangku hanya kamu

Cintaku telah terlabuh
Berhenti selamanya dihatimu
Takkan kukayuh menjauh
Biar kurapatkan cintaku padamu

Cintamu tlah menjadi candu
Cintamu tlah membuatku membisu
Cintamu ohh seindah lagu
Hanya dirimu satu ohh cintaku

Kau adalah belahan jiwa
Kutahu itu sayang sedari dulu
Kau cinta yang hembuskan aku
Surga dunia disepanjang nafasku

Kau adalah belahan jiwa
Aku cinta kamu sedari dulu
Dan aku takkan berpaling darimu

Kau adalah belahan jiwa 4x

Kau adalah belahan jiwa
Kutahu itu sayang sedari dulu
Dan aku takkan berpaling darimu

Kau adalah belahan jiwa
Kutahu itu sayang sedari dulu
Kau cinta yang hembuskan
Surga dunia disepanjang nafasku

Kau adalah belahan jiwa
Aku cinta kamu sedari dulu
Dan aku takkan berpaling darimu
Hanya kamu

Jumat, 24 Juni 2011

Cita-citaku

Langsung aja ya ^_^
AKU PENGEN JADI TARUNI AKADEMI KEPOLISIAN


Konyol juga sih, seorang anak yang bukan dari keluarga POLRI, Bukan anak Jendral, bukan juga anak orang kaya raya yang serba berlimpahan harta, Bercita-cita menjadi TARUNI AKPOL, konyol banget, banyak yang bilang "mimpi aja lo es, mau jual harta siapa loe masuk akpol?" ya banyak yang bilang begitu, hingga orang tuaku pun bilang begitu. Tapi itu tak akan bisa menyurutkan niat dan impianku menjadi TARUNI, terserah apa mereka bilang, yang penting aku berusaha dan mencoba, dan tuhan kelak akan menentukan. Pasti Akan ku gapai cita-citaku


Pasti Ku Bisa

Lihat apa yang terjadi
Dengan semua rencanaku
Hancur semua berantakan

Dia berjalan keluar dari lingkaran hidupku
Bebas kulepaskan dia
Akupun mulai berdendang

Pasti ku bisa melanjutkannya
Pasti ku bisa menerima dan melanjutkannya
Ooh pasti ku bisa menyembuhkannya
Cepat bangkit dan berfikir
Semua tak berakhir disini

Merasakan pandanganmu
Penuh cerita dan luka
Memang begitulah semua

Jangan pernah kau menunggu
Keajaiban dunia
Bukalah satu tujuan

Pasti kau bisa melanjutkannya
Pasti kau bisa menerima dan melanjutkannya
Ooh pasti kau bisa menyembuhkannya
Cepat bangkit dan berfikir
Semua tak berakhir disini

Pasti ku bisa melanjutkannya
Pasti ku bisa menerima dan melanjutkannya
Ooh pasti ku bisa menyembuhkannya
Cepat bangkit dan berfikir
Semua tak berakhir disini

Who am I ?

mau tau tentang saya?
bilang kek dari tadi :) klo mau kenalan sama aku nggak usah sungkan-sungkan, aku orangnya baik kok nggak gigit :)
salam persahabatan :)
namaku Esti Puspitaningrum, cukup panggil Esti aja untuk menyapaku. aku lahir dari pasangan Suyadi dan Kasiyatun. Just One! yap aku hanya satu bersaudara alias anak tunggal, dan aku senan bisa terlahir di tengah keluara yang sayang denganku dan membesarkanku dengan rasa cinta. Ngawi, 31 Oktober 1994, oek,,,oek,,, aku lahir, dan menghirup nafasku didunia ini :), lbih tepatnya aku lahir Ngawi, RS Dr.Soeroto, 31 Oktober 1994 jam 16.00 ( akurat banget deh, soalnya yang kasih tau ayahk). kata emak ane saat itu pada nangis semua loh soalnya aku lahirnya ribet banget deh, udah dibawa ke Dukun beranak sama bidan eh nggak lahir-lahir, ternyata maunya lahir dirumah sakit. Cap Cai deh. hahahaha.
waktu bayi katanya aku jelek banget deh, sumpah, idungnya pesek, mata sipit, rambutnya tebel bukan main ( yang bilang tanteku, kejem banget kan?? =,=). idih fotonya unyukan ? itu waktu umur kurang lebih satu setengah tahun (nyak ane lupa tu foto udah lawas,hahaha).
lahir, tambah gede, tambah gede, dan semakin gede (loe kira aye langsung gede ya?? ya nggak lah ? ada-ada ja lu..hahahaha). Kira-kira umur 5 tahunan lah aku masuk TK. Disana aku main-main sama temen-temen, belajar bersama asik deh pokoknya. Ada yang ngompol di kelas, sampe BAB di kelas pun juga ada, yah harap maklum aja ya namanya aja masih TK, hahahaha
tapi aku nggak ikut-ikutan ngompol kok ^_^
nggak ikut BAB juga dikelas loh.
masih inget banget deh temen-temen TK ku
ada Andi, Fatul, Erna A, Lucky, Ayu, Ana, Widya, Erna W (ernanya ada 2 ^_^), Yuli, Agus, Andri, Esa, Bayu, Andik, Roni, Andris, Fandik, Teguh, dan Wiwid. satu tahun aku bersama mereka di TK PKK Dempel. Menginjak sekolah dasar, kami yang masuk pendidikan Sekolah Dasar beranggotakan 20 siswa, saat lulus kami tinggal ber enam belas doank, karena dulu-dulunya banyak yang nggak naik kelas, (kasian banget ya -_-). SD yang terletak di Desa Dempel ini menjadi saksi bisu perjalanan saya dalam mencari ilmu selama 6 tahun. SD ku ini desa banget, namanya aja SDN Dempel 2 (hahahaha, silakan ketawa ^_^). Di SD ini aku mencetak sedikit prestasi, ya nggak terlalu membanggakan mungkin tapi bagiku itu lumayanlah daripada yang lain ^^.
dari kelas 3 SD aku selalu dapat ranking 5 besar, dan mulai kelas 5 aku dapat ranking 1 terus (biasa aja sih sebenernya -_-), selain itu aku juga menang lomba tolak peluru se kecamatan (bangganya minta ampun deh ^^). Yap singkat cerita aku lulus dan melanjutkan ke jenjang SMP, Alhamdulillah wa syukurillah aku melanjutkan ke SMP ternama di kotaku. SMP nggak terkenal banget, prestasiku pun nggak banyak-banyak amat. langsung ke SMA ( kata orang masa paling indah masa SMA).